Pelafalan Bahasa Mandarin Generasi Tua Sudah Banyak Menyimpang dari Standar Beijing

Pelafalan Bahasa Mandarin Generasi Tua Sudah Banyak Menyimpang dari Standar Beijing
Sebagian besar warga Tionghoa yang berusia 60-80 tahun di Kabupaten Sidoarjo mampu berbahasa Mandarin. Namun, logat atau pelafalan mereka ternyata menyimpang dari pelafalan bahasa Mandarin standar yang berlaku di Tiongkok.

BELUM lama ini dua peneliti dari Program Studi Bahasa Tionghoa Universitas Kristen Petra Surabaya, Carolina AS dan Henny PS Wijaya, mengadakan penelitian tentang pelafalan bahasa Mandarin di kalangan generasi tua di Kabupaten Sidoarjo. Keduanya mengambil sampel warga Tionghoa yang berusia rata-rata di atas 70 tahun.

Menurut Carolina, para sesepuh Tionghoa ini sangat fasih membaca aksara hanzi yang dipakai dalam bahasa Mandarin. Namun, ketika mereka diminta membacakan 11 kalimat dengan suara keras, terdapat perbedaan bunyi yang cukup signifikan. "Nada-nadanya berbeda dengan bahasa Mandarin standar yang dipakai di Tiongkok," jelas Carolina. Setelah digali lebih jauh, menurut dia, pelafalan yang bervariasi ini tak lepas dari perbedaan guru bahasa Mandarin yang mengajar mereka di sekolah-sekolah Tionghoa di Sidoarjo dan Surabaya. Sekolah-sekolah yang ditutup rezim Orde Baru pada akhir 1960-an itu memang menggunakan guru asal Tiongkok.

"Tapi mereka sudah lama tinggal di Indonesia. Jadi, pelafalan mereka sudah agak berbeda dengan bahasa Mandarin standar," katanya. Nah, setelah bahasa dan tulisan  Tionghoa dilarang selama 30-an tahun, bahasa Mandarin hanya dipakai di lingkungan yang sangat terbatas. Hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) juga putus, sehingga tidak ada lagi guru-guru native speaker dari negara tirai bambu itu. Meski begitu, warga Tionghoa alumni sekolah- sekolah Tionghoa di Sidoarjo itu masih menggunakan bahasa Manda- rin untuk komunikasi secara terbatas. Namun, karena setiap hari lebih banyak berbahasa Jawa ngoko dan bahasa Indonesia, menurut Carolina, bunyi bahasa atau pelafalan para senior itu makin menyimpang dari pelafalan standar Mandarin di negara asalnya. "Orang-orang Beijing sendiri mungkin bingung mendengar orang Tionghoa di sini berbahasa Mandarin. Sebab, bunyinya berbeda," katanya. Carolina mengaku menemukan tiga macam kesalahan, yakni vokal, konsonan, dan nada. "Semua nada yang dipakai para orang tua itu mengalami penyimpangan," tutur Carolina.

Tak tanggung-tanggung, perbedaan vokal itu bahkan ada 10 macam. Sedangkan konsonan ada lima perbedaan. Banyaknya perbedaan bunyi ini jelas menjadi masalah serius bagi bahasa Mandarin karena mengubah arti kata atau kalimat. Carolina menjelaskan, bahasa Mandarin standar yang digunakan di Tiongkok dan dunia internasional menggunakan pelafalan Beijing.

Meski Tiongkok sangat luas dengan puluhan dialek lokal, pelafalan ala Beijing ini yang dianggap standar. Karena itu, pembelajaran bahasa Mandarin di Indonesia pun hendaknya menggunakan pelafalan standar tersebut. "Dan kuncinya ada di guru. Apabila guru mengajarkannya salah, murid juga akan melakukan kesalahan yang sama," ujar Caroline dalam kesimpulannya.

sumber: Radar Surabaya 20 sept 2014

Jak-Japan Matsuri, Pameran Budaya Jepang di Jakarta

Peserta mencoba Oshibana di Jak-Japan Matsuri
JAKPUS – Untuk mengenal budaya Jepang, tidak perlu jauh-jauh pergi ke Negeri Sakura tersebut. Sebab, beberapa kebudayaan dari Negeri Matahari Terbit itu sudah didatangkan di Jakarta. Tepatnya, di Plaza Senayan dalam acara Jak-Japan Matsuri 2014. Dalam event yang berlangsung 14–21 September tersebut, pengunjung bisa belajar banyak hal. Salah satunya, Oshibana. Yakni, merangkai bunga-bungaan dan dedaunan yang sudah dikeringkan.

Seorang pengajar Oshibana Mutia H. Prasodjo menyatakan, sebenarnya Indonesia mempunyai budaya yang nyaris sama. Bahkan, Indonesia mengenal proses herbarium, yakni pengeringan bunga sehingga berwarna cokelat. Bedanya, Oshibana menggunakan daun dan bunga kering yang warnanya tetap terjaga. "Kami mengambil teknik pengeringan dari Jepang untuk mengeksplorasi tumbuhan di Indonesia," terangnya.

Selain untuk mempercantik kartu ucapan, Mutia mengkreasikan bunga kering itu pada media yang fungsional. Misalnya, pada tempat tisu, mug, bahkan lukisan. Metta Meditaria menyatakan tertarik dengan workshop Oshibana karena jarang menemukan pembelajaran seni asal jepang itu. "Kecuali kalau memang sengaja mengikuti kursus Oshibana," katanya.

Tidak hanya belajar membuat Oshibana, pengunjung juga bisa mengikuti pelatihan bahasa Jepang dasar. Pengunjung diajar oleh sensei dari Japan Foundation untuk melakukan percakapan yang sering ditemukan dalam sehari-hari. Misalnya, pengucapan salam atau cara berterima kasih.

Pengunjung juga bisa ikut memberikan donasi untuk membantu anak autis. Perajin seni kaca Noquchi Mieko memamerkan beberapa karyanya di sana. Untuk hasil penjualan, 20 persen disumbangkan untuk anak autis dari Yayasan Pengembang Anak Istimewa (YPAI) Indriya.

Selain pameran dan workshop di Plaza Senayan, Jak-Japan Matsuri 2014 akan menyelenggarakan pementasan teater di Japan Foundation hingga acara penutupan yang dilaksanakan di Parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno. (tyh/c23/any/jawapos)

Asal Mula Hokkian, Hakka, Konghu (Canton), Tio Ciu dan Bahasanya

Asal Mula Hokkian, Hakka, Konghu (Canton), Tio Ciu dan Bahasanya
JIKA ada yang menyatakan Hokkian, Hakka, dan Konghu adalah suku, itu salah.
Mengapa? Karena, suku bangsa yang terbanyak di Tiongkok adalah orang Han. Orang Han berasal dari kelompok masyarakat yang mendiami bagian tengah Tiongkok yang disebut suku Hua.

Daratan yang terletak di tengah daratan Tionghok disebut Tionghoa. Tiong, berarti tengah. Dan Hua, merupakan sebutan suku terbesar di Tionghok. Jadi, Tionghoa adalah negara yang letaknya di tengah.

Orang Hua menyebar ke seluruh Tiongkok. Mereka di sebut orang Han. Karena sebagian dari wilayah selatan tak begitu antusias menggunakan istilah bangsa Han. Padahal, sebutan Han di sini hanya menunjukkan etnis atau suku.

Pada Dinasti Han, penggunaan sebutan orang Tionghoa disebut Hanren dan bahasanya disebut Hanyu. Setelah Dinasti Han ambruk, istilah Han masih dipakai di seluruh dunia sampai sekarang untuk menyebut orang Tionghok.

Saat Dinasti Tan berkuasa yang wilayahnya sampai Tiongkok selatan, mulailah sebutan Hanren diganti Tangren. Dalam bahasa Mandarin disebut Tenglan. Sedangkan dalam bahasa Hokkian dan Konghu disebut Thong Yan.

Saat itu, Tiongkok cukup luas tanahnya. Negara ini terdiri dari pegunungan dan lalu lintas sangat sulit. Banyak daerah yang terisolir satu sama lain. Inilah yang menjadikan antardaerah berbeda dialeknya. Dari situ, muncullah sebutan dialek Hokkian, Hakka, Konghu (Canton), dan Tio Ciu.

Sekarang jelas, kalau Hokkian, Hakkan, Kongho, Tio Ciu, itu semua merupakan dialek dan bukan suku. orang Tionghoa yang paling banyak datang ke Indonesia adalah orang Hokkian yang menyebar di seluruh tanah air. Bahkan, penduduk Sumatera utara, terutama di Medan dan Pematang Siantar penduduk lokal (pribumi) banyak yang fasih berbahasa Hokkian, selain bahasa Batak.

Ini menunjukkan terjadinya asimilasi yang terjadi turuntemurun tanpa campur tangan politik. Begitu juga di tanah Jawa. Terutama Jawa tengah.

Orang Tionghoa di sini, selain menguasa bahasa ibunya dan bahasa Indonesia, juga pasti bisa berbahasa Jawa. Sebenarnya, penggunaan bahasa tidak usaha dilarang atau perlu diatur pemerintah. Bila dipaksakan, yang terjadi adalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Setiap orang berhak melestarikan budaya nenek moyangnya.Contoh, kalau orang Jawa, mereka berhak mendapat fasilitas dari pemerintah untuk melaksanakan semua kebiasaan adat istiadat leluhurnya. Begitu juga dengan orang Tionghoa yang tinggal di sini. WNI Tionghoa yang tinggal di Indonesia sudah bisa disebut pribumi. Mereka juga memiliki hak yang sama. Penggunaaan dialek Hokkian, Konghu, Hakka, Tio Ciu dan lainnya, mereka hanya ingin menggunakan bahasa yang sama. Sehingga memudahkan hubungan antarorang Tionghoa, meksi dialeknya berbeda.

Di Indonesia, ada tokoh konglomerat Hokkian. Yaitu Sudono Salim (Liem Sioe Liong) yang berjasa membuat gandum Bogasari dan Indocement yang penting bagi kehidupan dan pembangunan di Indonesia. Di samping jasanya, pasti ada kekurangan dan dianggap tidak nasionalis. Karena masa tuanya dihabiskan di Singapura yang lebih menjanjikan keamanan dan kenyamanan.

Ada pepatah, Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga.Kesalahan seorang bisa berakibat rusaknya pandangan terhadap kelompok tersebut.
Semoga kerusuhan Mei 1998 tidak terulang lagi di masa mendatang. Amien. (*)

Koh Bing (R. Herianto Kurniawan MBA)
Ketua Bidang Kesenian Perhimpunan Warga Cantonese Yogyakarta/Perwacy

Jerman Buka Peluang untuk 6 juta Lulusan SMK

Jerman Buka Peluang untuk 6 juta Lulusan SMK
SURABAYA - Jawa Timur makin punya posisi strategis untuk terus mengembangkan pendidikan vokasi. Gubernur Dr Soekarwo mengungkapkan, Jatim ditantang oleh kalangan pengusaha Jerman untuk menyiapkan 6 juta lulusan SMK yang dididik sebagai tenaga kerja profesional.

Menurut Soekarwo, persiapan itu merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindari.

Hal itu terkait dalam pemberlakuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015. Salah satu upayanya adalah melakukan standardisasi kualitas siswa sekolah menengah kejuruan (SMK).

Selain AFTA, tambah dia, tantangan tidak kalah menarik muncul dari tenaga ahli dari Kadin Hochrhein-Bodensee Konstanz Andreas Gosche. Tantangan itu juga diperkuat Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin Prof Agus Rubiyanto.

Soekarwo pun dengan senang hati menerima tantangan tersebut. "Kalau bisa secepatnya standardisasi dilakukan bersama pemerintah Jerman," ungkap lelaki yang akrab disapa Pakde Karwo itu setelah Seminar Nasional Harmonisasi Pendidikan Vocational dengan Dunia Industri Jawa Timur di Hotel Bumi kemarin (11/9).

Soekarwo berharap lulusan SMK di Jatim tidak lagi berkualitas standar ASEAN, tetapi sudah harus mendunia. Saat ini Pemprov Jatim menjalin kerja sama dengan sembilan bidang usaha dan industri di Indonesia untuk menjamin lulusan SMK menjadi tenaga kerja profesional. Ada pula kerja sama dengan Jepang, Tiongkok, dan Australia. "Amerika saja memerlukan 150 ribu perawat," katanya.[JawaPos,12Sep14]

Metode Kursus dan Les Privat Bahasa Inggris Di Malang

Kemampuan berbahasa Inggris yang baik harus mencakup keempat keterampilan bahasa (four language skills) dan kosa kata serta tata bahasa. Untuk membantu kemampuan siswa di Malang untuk berbahasa Inggris dengan baik, maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa secara utuh dan terpadu. Model pembelajaran yang demikian itu dikenal dengan model pembelajaran terpadu (integrated language skills). Yaitu pembelajaran keempat keterampilan berbahasa dan kosa kata serta bahasa yang dilakukan secara terpadu.

Teori yang digunakan dalam pengembangan model ini adalah model Dick  dan Carey (1978:5-6) yang digabung dengan model Jerrold E. Kemp, Experiential Learning Model) ini yang dikembangkan Ur, dan Model Pengembangan Strategi Instruksional yang dikembangkan oleh Suparman (1997:166-175) berdasarkan strategi instruksional yang dikembangkan oleh Gagne, Briggs, dan Wager (1979:49-54) mengatakan bahwa strategi instruksional

Hasil yang dicapai dari pengembangan model ini adalah model pembelajaran keterampilan berbahasa Inggris terpadu (integrated language) untuk peserta kursus dan les privat di Mayantara School Malang.

Pembelajaran bahasa Inggris, terutama English for Young Learners di Indonesia, telah menjadi perhatian tersendiri bagi para English educators. Oleh karena itu, diperlukan tentor dan guru yang kompeten. Tenaga pendidik harus memahami bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris yang tepat, efektif, dan menyenangkan. Hal itu sesuai dengan teori pembelajaran bahasa Inggris terkini dan juga sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

Rujukan: http://mayantara.sch.id/kursus/bahasa-inggris

Kisah dari Kedalaman Tanah

Kisah dari Kedalaman Tanah
"Luka yang dia derita akibat dikeroyok warga desa itu sudah sedemikian parahnya. Nyawa raksasa perempuan itu pun akhirnya tak tertolong.

Untuk mengenang peristiwa itu, Prabu Jayabaya memerintahkan dibuatnya patung raksasa setinggi 14 kaki, dengan mata selebar lepek (alas cangkir) dan sikap tubuh seperti gupala (patung raksasa penjaga). Patung itu didirikan di daerah yang akhirnya diberi nama ‘Gumurah’ yang berarti kekacauan."

Kisah di atas diambil dari Babad Kadhiri, sebuah naskah yang ditulis di tahun 1832. Mengisahkan masa pemerintahan Prabu Sri Aji Jayabaya, masa sekitar abad 12 M. Patung itu sendiri baru ditemukan tahun 1981, dalam keadaan terkubur di tanah hingga setinggi dada.
Terkubur segitu tingginya?

Tentu saja. Mari kita bayangkan berapa kali Gunung Kelud menyumbangkan muntahan vulkanik terhitung sejak patung itu dibuat, yakni sekitar abad 12, hingga saat ini. Berapa kali pun itu, yang jelas sanggup mengubur patung setinggi lebih dari tiga meter (belum termasuk undakan pondasinya, jika ada) itu hingga sebatas dada. Cuma butuh sekali letusan lagi untuk membuatnya terbenam sepenuhnya di bawah tanah, hingga siapapun tidak mungkin menemukannya.

Itulah peradaban kita, kawan.
Begitu banyak gunung vulkanik aktif di sekitar kita. Mereka secara rutin menumpahkan semburan lahar ke daerah sekitarnya, menyuburkan tanah sekaligus mengubur peradaban di atasnya.

Apa yang terjadi setelah peradaban terkubur?

Maka yang tersisa akan memulai lagi dari bawah. Kembali ke masa primitif. Merangkak perlahan menjadi makin modern. Lantas bencana skala besar kembali melibas seluruh populasi. Peradaban maju kedua ini pun terkubur di bawah tanah. Yang tersisa melanjutkan hidup dalam keprimitifan kembali, dan begitu seterusnya.

Bencana skala besar yang mampu menghabisi populasi makhluk hidup, dalam bahasa geologinya disebut ‘katastrofi’.

Di tanah kita ini ada dua katastrofi purba yang jadi langganan leluhur kita sejak jutaan tahun lalu. Yakni erupsi gunung vulkanik, gempa tektonik dan tsunami. Trio musibah yang sangat mudah menyapu peradaban tinggi masa lalu hingga bersih tak berbekas.

Maka sungguh tidak bijak jika mengukur peradaban nenek moyang kita hanya dari apa yang saat ini ditemukan di atas tanah. Karena dipastikan sangat banyak bekas peradaban yang masih terkubur di dalam tanah yang saat ini tengah kita pijak.

Itu adalah hal yang tidak terjadi di belahan bumi lain. Karena mereka tidak dikepung gunung berapi serapat kita, atau disambangi tsunami sesering kita.

Jika bangsa Mesir pada 2500 tahun sebelum masehi sudah mampu membangun piramid, lantas apakah saat itu leluhur kita masih merupakan bangsa primitif, hanya karena belum ditemukan situs yang berusia sama?

Sejarah yang selama ini ditulis secara linier, memang berkata seperti itu. Bangsa Nusantara dinyatakan baru punya peradaban sejak 4 abad sebelum masehi.
Andaikan mata kita mampu menembus kedalaman tanah, pastilah jawabannya lain. Atau yang masih bisa di temukan di atas bukit, mungkin?

Hasil uji lab atas bebatuan di situs Gunung padang di Cianjur Jawa Barat yang dilansir oleh Beta Lab Florida AS menunjukkan angka yang mencengangkan.Bahwa lapisan teras kedua punden purba itu berusia di atas 10.000 tahun. Takjub? Nanti dulu.

Lantas di beberapa lapisan berikutnya ditemukan strutur pasir yang diayak dengan baik, yang diperkirakan berfungsi sebagai konstruksi penahan gempa. Di situs itu juga ditemukan material logam yang menunjukkan leluhur kita masa itu telah memiliki teknologi metalurgi dengan cukup baik.

Itu baru yang ditemukan di atas bukit, saudara.

Bagaimana dengan yang masih di bawah tanah?





Malang, 19 Mei 2014
(terinspirasi dari obrolan bersama salah satu geolog terbaik dunia yang dimiliki Indonesia, DR.Ir. Andang Bachtiar, MSc )

Ditulis Aji Prasetyo

Natto dan Umeboshi, Makanan Khas Jepang yang Tidak Enak tapi Banyak Digemari

Natto dan Umeboshi, Makanan Khas Jepang yang Tidak Enak tapi Banyak Digemari
Natto dan Umeboshi, mewakili dua hal pertama di Jepang yang paling saya hindari. Natto( 納豆), kedelai yg difermentasi dengan Bacillus subtillis, menurut ku adalah makanan yang tidak jelas kenapa masih dimakan..!!
Bukan hanya dimakan, tapi juga digemari. Aromanya tidak menggoda, rasanya juga berada di level biasa ke bawah. Sudah begitu, teksturnya yang licin berbalut lendir cukup membuat si pemakan harusnya merasa geli...kan?!
Memang, Natto ini kaya akan protein dan probiotika yg diperlukan tubuh. Oleh karenanya pula lah Natto menjadi makanan idola di jaman Jepang feodal. Tapi kini?! Dengan begitu banyak varian makanan yg lezat sekaligus kaya gizi, protein, probiotik maupun apapun yang diperlukan tubuh, kenapa masyarakat Jepang, yang anak2, tua, muda, masih menggemarinya?

Begitu juga tidak masuk akalnya bagiku bagaimana orang2 disini masih melahap umeboshi. 梅干しadalah asinan kering yg dibuat dari buah ume ( Prunus mume).
Rasanya asam dan asin. Bikin meringis dan air ludah mengucur deras ketika menggigitnya.
Mereka biasa meletakkannya di tengah2 nasi hangat yang mengepul. Seperti itu, maka akan terlihat miriplah dengan bendera Jepang.
Ketika aku tanya, mengapa mereka menyiksa diri memakan benda semacam itu ditengah pilihan lain yang menggiurkan? Mereka bilang, umeboshi bisa membuat mereka semangat melahap nasi! Jelaslah, karena mereka ingin segera menghilangkan rasa asam asin itu tentunya

Tapi, adalah ketika kulihat anak-anak dari sebuah keluarga sahabat yang aku kunjungi tidak mau sarapan selain dengan Natto. Adalah ketika seorang anak campuran Jepang Australia yang menyisihkan segala daging dan ikan di kotak bento dan memilih untuk menikmati makan siangnya dengan nasi dan umeboshi, antipati saya berubah menjadi pertanyaan yang menuntut jawaban, dariku sendiri.

Maka sejak itu, aku beli, aq rasai, aq akrabi, aq nikmati..
Dan sekarang, bukan hanya terbiasa, aq juga menyukainya.

Natto dan Umeboshi, hidangan sarat manfaat yang tidak mainstream, disitulah istimewanya. Kesehatan, lahir dan batin, kita yang menentukan. Nutrisi jiwa, dari yang sedap maupun yang bikin hati kita senap, asal baik dan bermanfaat, tidak apa kita coba suka dan terima, lama2..cinta juga 



Kurnia Ati'ullah

Sekolah yang tak punya lagu itu aneh!

Sekolah yang tak punya lagu itu aneh!
School song atau disini disebut dengan 'Kouka ( 校歌)', adalah lagu almamater yang dimiliki masing masing sekolah. Jadi, 'masing-masing' sekolah dari semua level mempunyai school song masing2.

Ketika di satu kesempatan berlatih percakapan bahasa Jepang, kami diminta untuk membuat kalimat "Di SD dulu pak/bu guru menyuruh kami menyanyikan lagu almamater". Saya bertanya, "apa yang dimaksud dengan lagu almamater?" Karena, sepanjang sekolah dulu, saya tidak pernah tahu yang namanya lagu almamater sekolah saya, apalagi diminta untuk menyanyi. 


Selanjutnya saya balik di tanya, "tidak adakah lagu almamater di sekolahmu dulu?", yang aku jawab dengan, "tidak ada". 
Setahuku, di sekolah2 lain di negaraku juga tidak ada. Di tingkat Universitas mungkin ada (lupa2 ingat, hiks), tapi di tingkat bawahnya sepertinya tidak ada.

Seisi kelas pun terkejut, karena menurut mereka aneh. Di masing2 negara lainnya, mereka punya school song untuk sekolahnya. Lagu itu akan berisi lirik2 pemompa semangat, motivasi memiliki visi masa depan dan kebanggaan pribadi dan sekolah mereka..katanya.

Kening sedikit mengkerut penuh heran. Ini saya yang kurang pengetahuan ataukah memang benar kita tidak punya school song di sekolah masing2 yang akan selalu di rapal di kesempatan2 tertentu?



Kurnia Ati'ullah

Kotatsu, meja dengan 'tungku' penghangat kaki

Kotatsu adalah meja yang bisa ditutupi dengan kain tebal, selimut, bahkan kasur tipis Jepang (futon).
Fungsi penutup itu adalah untuk menahan panas yg keluar dari alat yg tertempel di bawah tutup meja. Alat itu terhubung dengan saklar listrik yangg akan menyala ketika dihidupkan. Seperti yg saya punya .

Dulu, hawa panas nya dihasilkan dari arang yang di bakar di lubang di bawah meja. Sampai kini, masih ada juga sih, rumah yang mempunyai sistem pemanas seperti itu. Kelebihannya, tentu saja lebih hemat listrik dan kaki pun gak harus ditekuk. 



Kotatsu ini dulunya berasal dari budaya masak di ruang keluarga bukan di dapur yang disebut dg istilah irori (tungku masak), yang sekaligus berfungsi sebagai arena kumpul2 dan duduk2...( inget film Oshin, ohhh!!). Berjalannya waktu, kedua fungsi menjadi terpisah, dan diletakkanlah kain tebal dimeja sebagai penghangat kaki.

Tak heran, di awal2, Kotatsu berjulukkan Hori Gotatsu. Hori ( api), ko (digging), tatsu (penghangat kaki), karena memang mereka menggali tanah untuk meletakkan arang. Baru setelah tatami (tikar Jepang) banyak digunakan, mereka tak lagi menggali lantai. Cukup dengan meja Kotatsu yang portable tp masih bersumber panas dari arang yg di bakar di dalam periuk tanah yg mereka sebut dengan Oki-gotatsu. Awal abad dua puluhlah baru kemudian meja kotatsu berpemanas listrik di buat, dan disebut dengan Kotatsu saja.

Mengingat daerah tempat tinggal saya berada di lereng gunung yg seringkali hawa dinginnya cukup membuat badan menggigil. Ingiiiin rasanya bawa meja Kotatsu ini pulang. Secara, gak beli juga..
Tapiii, bisa gak sih di pakai di Indonesia? Mengingat beda voltase listriknya? 

Anybody knows? 


Kurnia Ati'ullah

Lebih Serius Belajar Bahasa Korea agar Lulus EPS-TOPIK

Lebih Serius Belajar Bahasa Korea agar Lulus EPS-TOPIK
Ujian bahasa Korea (EPS-TOPIK) tiap tahun selalu diikuti oleh puluhan ribu peserta (angka tahun kemarin sekitar 30ribu-an). Sementara itu, yang lulus per tahun tidak lebih dari 10 ribu orang. Padahal, lulus ujian EPS-TOPIK merupakan syarat paling utama agar bisa mendaftar kerja di Korea.

Berarti ada sekitar 20 ribu-an peserta ujian EPS-TOPIK tiap tahun yang belum beruntung alias TIDAK LULUS. Padahal mereka telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang tidak sedikit. 


Taruhlah untuk bisa ikut pendidikan bahasa Korea itu membutuhkan biaya yang tidak murah. Minimal saat ini angkanya di kisaran 1,5 juta dan kebanyakan di kisaran angka 2 juta bahkan lebih.
Dengan biaya sebesar itu, adakah jaminan untuk lulus? Padahal selain mengikuti kursus persiapan ujian EPS-TOPIK, calon TKI masih membutuhkan biaya-biaya lain seperti biaya pendaftaran ujian, transportasi, pengurusan paspor, dan akomodasi yang tidak sedikit.


Anda pasti bisa menghitung, atau setidaknya membayangkan jika ikut kursus dan sampai tidak lulus di ujian itu.

Maka, sungguh-sungguh pertimbangkanlah kembali kekuatan semangat Anda dalam menempuh jalan panjang ke Korea.

Karena perlu anda ketahui juga, kelulusan Anda dalam ujian EPS-TOPIK juga bukan jaminan Anda akan mendapatkan job di Korea Selatan. Masih ada tahap penyaringan kedua dari perusahaan masing-masing atau lembaga penempatan tenaga kerja dari pemerintah Korea. 
Ya, kerja di Korea yang gajinya cukup besar itu masih membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang lebih serius dari Anda.

Semangat!

Ketika Jerman bertemu Jepang di Suatu Waktu

Dari perjalanan ke Deutsch Hause, saya membawa oleh2 kenangan tentang seorang Komandan yang luar biasa. Dia tidak ditakuti, namun di segani. Tidak dihormati karena jabatannya semata, tapi karena kearifan dan kemanusiaanya. 
Di tengah masa perang yang kental dengan semangat melibas musuh dan membenci lawan tanpa perlu alasan, dia mengambil keputusan di luar dugaan.

Berkecamuknya perang Dunia II telah membawa sejumlah besar tentara Jerman kepada takdir tahanan perang pemerintah Jepang. Lumrahnya di mana saja perilaku terhadap tawanan, pastilah tidak lepas dari penyiksaan, kerja paksa, dan perlakuan2 lain yang mengebiri hak dan martabat mereka sebagai manusia.

Namun tidak di bawah komando Commander Matsue. Nuraninya yang tak pernah tumpul karena benturan kekerasan dan kekejaman perang, membawanya ke sebuah keputusan yang brillian dan elegan.

Makhluk-makhluk Eropa itu, yang besertanya segala bakat bermusik, khususnya orkestra, olah raga, melukis, membuat roti, bermain peran, di lihatnya dengan jeli sebagai potensi sumber daya manusia untuk membangun bangsanya!

Ya, kenapa tidak? Kenapa tidak kita bangunkan bagi mereka barak-barak yang bersih nan rapi, kita buatkan kolam-kolam agar mereka mengenalkan olah raga kayak dan renang, lapangan2 agar masyarakat bisa belajar tolak peluru dan atletik, dapur-dapur bagi para ibu menuntut ilmu membuat roti, bengkel kerja agar mereka tunjukkan cara membuat cello dan biola, dan tentu saja! Keleluasaan bergerak dan berinteraksi dengan warga untuk bercakap2 tentang budaya.....( mungkin begitu yg ada di benak beliau, hehehe)

Hasilnya? Symphony 9 Beethoven pertama kali ditampilkan secara full orkestra di Jepang, ya di German House Bando Naruto itu. Di pelosok pulau kecil di dalam pulau Shikoku. Hingga sekarang, acara tahunan untuk memperingati pagelarannya selalu di adakan di Naruto. Lain dari pada itu, keterampilan membuat roti Jerman masih diwariskan turun temurun hingga sekarang. Tak kalah penting adalah, prestasi kompleks tahanan tentara itu berhasil menjadi model kamp PoW ( Prisoner of War) yg paling manusiawi sepanjang masa.

Satu fragmen dr diorama yg akan saya ingat. Kala Komandan Matsue dihadapkan pada peliknya kenaikan harga pangan dan keinginan untuk menjaga nutrisi tahanan. Dia meminta negara membeli tanah di bukit sekitar Kamp untuk bercocok tanam, bukan meminta tambahan jatah uang makan bulanan.


Bergotong royong membuka lahan dan bertanam, dalam satu tahun, bukan saja masalah kelaparan teratasi, melainkan juga keuntungan berlipat ganda mereka kantongi..
 

Semoga, presiden Indonesia kelak...semoga..


Kurnia Atiullah - alumni Naruto Universityof Education

Cara Mengajarkan Bahasa Jepang di Kelas Multietnis

Cara Mengajarkan Bahasa Jepang di Kelas Multietnis
Asal daerah ternyata sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam mema­hami bahasa asing. Pangkal permasalahannya terletak pada kebiasaan siswa menggunakan bahasa daerah yang membuat mereka kurang menguasai bahasa Indonesia. Hal ini terjadi khususnya pada siswa yang berasal dari daerah di luar pulau Jawa. Dapat dibayangkan kesulitan yang dihadapi tentor ketika mengajarkan bahasa Jepang dengan pengantar bahasa Indonesia.

Sadar jika hal ini akan mempersulit proses belajar mengajar, tim pengajar segera berembuk untuk menyusun strategi baru. Akhirnya tim pengajar memutuskan untuk hanya menggunakan bahasa Jepang untuk menyampaikan materi ajar sehingga cara berpikir pun secara otomatis akan langsung tersampaikan.

Alasannya, motivasi para siswa untuk belajar cukup tinggi. Hal ini tidak mengherankan mengingat mereka para siswa program EPA adalah mereka yang berhasil lolos rangkaian test menyisihkan ratusan pelamar lain. Di Indonesia mereka belajar selama 6 bulan dan di Jepang mereka akan kembali belajar selama 6 bulan sebelum benar-benar turun ke lapangan untuk bekerja sebagai perawat atau pun careworker.

Di Jepang mereka juga harus ikut ujian negara Bahasa Jepang di tahun pertama, ke-dua dan tahun ke-tiga. Ada banyak hal yang dikhawatirkan oleh para siswa dan yang paling sering dikemuka-kan adalah masalah etos kerja termasuk padatnya jam kerja yang harus mereka hadapi di Jepang. Mereka juga mengkhawatirkan bagaimana mereka berkomunikasi dengan para perawat Jepang mengingat posisi mereka adalah sebagai asisten dari orang-orang Jepang.

Hal lain yang menjadi pertanyaan mereka adalah waktu sholat dan makanan halal. Menurut sudut pandang seorang pengajar sepertii, sebaiknya para pengajar diberikan lebih banyak pelatihan agar ia dapat menyampaikan materi ajar yang berkualitas. Sedangkan untuk memotivasi calon pemelajar bahasa Jepang, perlu diberi rangsangan seperti penyelenggaraan acara-acara kompetisi'oun/rasa/ dan bahasa Jepang dengan pemberian penghargaan.
Bagi para pemelajar awal khususnya remaja, penghargaan sederhana pun sangat berarti.

MCSA: Microsoft Campus License Agreement adalah Lisensi Khusus Produk Microsoft untuk Lembaga Pendidikan


Microsoft Campus Agreement dirancang untuk menuhi kebutuhan-kebutuhan unik dari institusi-itusi pendidikan tinggi. Campus Agreement mberikan manfaat untuk tetap memiliki teknologi paling update, bahkan pada anggaran yang terbatas.

Karena anda melisensi produk-produk yang terpilih didalam langganan anda untuk digunakan pada semua institusi - komputer-komputer yang dimiliki atau yang disewa didalam departemen yang berpatisipasi (kecuali produk-produk server), Campus Agreement mempermudah para administrator dan pengguna untuk mengetahui bahwa perangkat lunak yang mereka gunakan memenuhi peraturan legalisasi. Walaupun anda melaporkan hitungan spesifik dari pengajar penuh waktu ketika melakukan pemesanan awal, anggota fakultas dan staf baru yang ditambahkan ke departemen yang berpartisipasi tetap terlisensikan untuk menggunakan perangkat lunak pada komputer-komputer yang dicakup selama berlangganan dan baru perlu ditambahkan sampai tahun berikutnya waktu melakukan perpanjangan kontrak.

Fitur-fitur Program

Hak Upgrade dan Downgrade

Anda dapat menjalankan semua versi dari produk-produk lisensi yang termasuk didalam cakupan langganan anda yang dikeluarkan selama periode lisensi. Sebagai tambahan, anda dapat memilih downgrade ke versi sebelumnya dari produk lisensi sebagai pengganti dari versi yang terbaru. Hak upgrade dan downgrade juga diterapkan ke komponen-komponen tunggal dari produk lisensi. 

Hak Penggunaan di Rumah

Anda boleh menawarkan hak Penggunaan di Rumah (WAH) terbatas untuk para anggota fakultas dan staf lisensi anda tanpa biaya tambahan. Hak ini mengij'nkcin penggunakan produk-produk aplikasi, sistem, dan Client Access License (CAL) yang dilisensi melalui Campus Agreement anda pada sebuah komputer yang dimiliki perorangan untuk tujuan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Keangotaan MSDN Academic Alliance

Untuk masing-masing pendaftaran berlangganan Campus Agreement, anda menerima manfaat satu keanggotaan ke program-program MSDN Developer Academic Alliance (Developer AA) atau Designer Academic Alliance (Designer AA) melalui download elektronik saja. Berikut adalah perbandingannya: 

Perbandingan Keanggotaan MSDN Academic Alliance

Beasiswa Jerman untuk Peneliti dan Ilmuwan

Beasiswa Jerman untuk Peneliti dan Ilmuwan
Apakah Anda tertarik dalam meningkatkan karir akademis Anda di salah satu negara terkemuka dalam ilmu pengetahuan dan penelitian? Apakah Anda ingin berkolaborasi dengan peneliti dari Jerman dan ilmuwan ternama dari berbagai negara pada proyek-proyek penelitian berkelas?

Jerman adalah rumah bagi jaringan yang unik dari universitas dan lembaga penelitian non-universitas yang berhubungan dekat dengan industri dan perdagangan. Di sini Anda akan menemukan spektrum yang luas dari kesempatan penelitian di ratusan bidang keilmuan di Jerman dan lembaga-lembaga penelitian.

Dalam rangkaian strategi untuk Internasionalisasi dari Ilmu Pengetahuan dan Penelitian, Pemerintah Federal berkeinginan untuk mendukung proyek kolaborasi dengan peneliti yang berasal dari seluruh dunia. Banyak penelitian dan lembaga donor menawarkan peluang pendanaan yang sangat baik dan kondisi yang ideal bagi para ilmuwan asing di segala bidang. Lebih dari 26.000 peneliti asing yang diterima dengan dukungan keuangan dari organisasi pendanaan Jerman dan lembaga donor pada tahun 2009 saja.

Info lebih lanjut, silakan download: GermanFunding.pdf

Kursus Bahasa Inggris Online berhadiah Travelling gratis ke Australia!

Kursus Bahasa Inggris Online berhadiah Travelling gratis ke Australia!

Introducing the Global Youth Challenge

Win a trip to Australia to represent your region!

The Chrysalis Global Youth Challenge is your chance to compete against the world and prove your English skills and business acumen. Compete against the world through the MOOEC and join winners from 20 countries to compete in the 3D business simulation: PierSim.

To enter the Chrysalis Global Youth Challenge, complete the MOOEC lessons. Answer the questions correctly and complete a short essay to go in the running to win flights and accommodation to Brisbane, Australia in November to compete in the second round.
ENTER THE GLOBAL YOUTH CHALLENGE
20 country representatives will be selected for the second round. You will be judged on the speed in which you answer questions correctly and your essay.

Do you have what it takes to represent your country and compete against the world?

For the full details, a list of eligible countries, and terms and conditions, please click here.

Best of luck to all the participants!
The MOOEC Team

Uniknya Belajar Bahasa Jepang

Bahasa dan budaya Jepang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Sehingga, tidak cukup hanya mencari padanan kata-kata yang ingin diketahui melalui kamus untuk memahaminya. Banyak kata yang tidak ada padanannya sehingga tidak ada jalan lain selain harus memahami bahasa Jepang itu sendiri.

Contohnya, ketika pertama kali saya mengenal kata 'kininaru yang tidak ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia sehingga cukup sulit untuk menjelaskan arti kata tersebut. Saat itu saya harus menggunakan berbagai situasi agar kata tersebut dapat dipahami oleh orang Indonesia.

Dalam bahasa Jepang juga ada yang disebut sebagai doon igigo - kosakata bahasa Jepang yang memiliki bunyi yang sama dalam aksara hiragana yang sama tetapi memiliki arti bila diberi aksen tertentu.