Ketika Jerman bertemu Jepang di Suatu Waktu

Dari perjalanan ke Deutsch Hause, saya membawa oleh2 kenangan tentang seorang Komandan yang luar biasa. Dia tidak ditakuti, namun di segani. Tidak dihormati karena jabatannya semata, tapi karena kearifan dan kemanusiaanya. 
Di tengah masa perang yang kental dengan semangat melibas musuh dan membenci lawan tanpa perlu alasan, dia mengambil keputusan di luar dugaan.

Berkecamuknya perang Dunia II telah membawa sejumlah besar tentara Jerman kepada takdir tahanan perang pemerintah Jepang. Lumrahnya di mana saja perilaku terhadap tawanan, pastilah tidak lepas dari penyiksaan, kerja paksa, dan perlakuan2 lain yang mengebiri hak dan martabat mereka sebagai manusia.

Namun tidak di bawah komando Commander Matsue. Nuraninya yang tak pernah tumpul karena benturan kekerasan dan kekejaman perang, membawanya ke sebuah keputusan yang brillian dan elegan.

Makhluk-makhluk Eropa itu, yang besertanya segala bakat bermusik, khususnya orkestra, olah raga, melukis, membuat roti, bermain peran, di lihatnya dengan jeli sebagai potensi sumber daya manusia untuk membangun bangsanya!

Ya, kenapa tidak? Kenapa tidak kita bangunkan bagi mereka barak-barak yang bersih nan rapi, kita buatkan kolam-kolam agar mereka mengenalkan olah raga kayak dan renang, lapangan2 agar masyarakat bisa belajar tolak peluru dan atletik, dapur-dapur bagi para ibu menuntut ilmu membuat roti, bengkel kerja agar mereka tunjukkan cara membuat cello dan biola, dan tentu saja! Keleluasaan bergerak dan berinteraksi dengan warga untuk bercakap2 tentang budaya.....( mungkin begitu yg ada di benak beliau, hehehe)

Hasilnya? Symphony 9 Beethoven pertama kali ditampilkan secara full orkestra di Jepang, ya di German House Bando Naruto itu. Di pelosok pulau kecil di dalam pulau Shikoku. Hingga sekarang, acara tahunan untuk memperingati pagelarannya selalu di adakan di Naruto. Lain dari pada itu, keterampilan membuat roti Jerman masih diwariskan turun temurun hingga sekarang. Tak kalah penting adalah, prestasi kompleks tahanan tentara itu berhasil menjadi model kamp PoW ( Prisoner of War) yg paling manusiawi sepanjang masa.

Satu fragmen dr diorama yg akan saya ingat. Kala Komandan Matsue dihadapkan pada peliknya kenaikan harga pangan dan keinginan untuk menjaga nutrisi tahanan. Dia meminta negara membeli tanah di bukit sekitar Kamp untuk bercocok tanam, bukan meminta tambahan jatah uang makan bulanan.


Bergotong royong membuka lahan dan bertanam, dalam satu tahun, bukan saja masalah kelaparan teratasi, melainkan juga keuntungan berlipat ganda mereka kantongi..
 

Semoga, presiden Indonesia kelak...semoga..


Kurnia Atiullah - alumni Naruto Universityof Education

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »