![]() |
Peserta mencoba Oshibana di Jak-Japan Matsuri |
Seorang pengajar Oshibana Mutia H. Prasodjo menyatakan, sebenarnya Indonesia mempunyai budaya yang nyaris sama. Bahkan, Indonesia mengenal proses herbarium, yakni pengeringan bunga sehingga berwarna cokelat. Bedanya, Oshibana menggunakan daun dan bunga kering yang warnanya tetap terjaga. "Kami mengambil teknik pengeringan dari Jepang untuk mengeksplorasi tumbuhan di Indonesia," terangnya.
Selain untuk mempercantik kartu ucapan, Mutia mengkreasikan bunga kering itu pada media yang fungsional. Misalnya, pada tempat tisu, mug, bahkan lukisan. Metta Meditaria menyatakan tertarik dengan workshop Oshibana karena jarang menemukan pembelajaran seni asal jepang itu. "Kecuali kalau memang sengaja mengikuti kursus Oshibana," katanya.
Tidak hanya belajar membuat Oshibana, pengunjung juga bisa mengikuti pelatihan bahasa Jepang dasar. Pengunjung diajar oleh sensei dari Japan Foundation untuk melakukan percakapan yang sering ditemukan dalam sehari-hari. Misalnya, pengucapan salam atau cara berterima kasih.
Pengunjung juga bisa ikut memberikan donasi untuk membantu anak autis. Perajin seni kaca Noquchi Mieko memamerkan beberapa karyanya di sana. Untuk hasil penjualan, 20 persen disumbangkan untuk anak autis dari Yayasan Pengembang Anak Istimewa (YPAI) Indriya.
Selain pameran dan workshop di Plaza Senayan, Jak-Japan Matsuri 2014 akan menyelenggarakan pementasan teater di Japan Foundation hingga acara penutupan yang dilaksanakan di Parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno. (tyh/c23/any/jawapos)
EmoticonEmoticon